Medan, 19/8 (indonesiaaktual.com) – Anggota Komisi X DPR RI dr Sofyan Tan mengatakan 2025 adalah tahun berat bagi Indonesia karena beban utang yang sudah jatuh tempo membengkak Rp800 triliun lebih yang harus dibayar setiap tahun sehingga pelaku ekonomi dan kreatif diharapkan semakin kreatif agar bisa bertahan
“Jika utang sudah membengkak, biasanya diikuti dengan kenaikan pajak dan kenaikan harga. Ke depan akan menjadi tahun yang berat,“ ujar Politisi PDI Perjuangan itu di Medan, Minggu (18/8/2024).
Dia mengatakan itu saat memberikan sambutan dan membuka acara Bimtek Keterampilan Public Speaking dalam Meningkatkan Produk Ekonomi Kreatif di Medan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) di Hotel Le Polonia, Medan.
Mengutip data dari Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, utang jatuh tempo pada 2025 menjadi R 800,33 triliun.
J plumlah tersebut membengkak dibanding 2024 yang masih Rp434 triliun.
Pada 2026, utang jatuh tempo juga masih besar, yakni Rp 803,19 triliun, dan pada 2027 utang jatuh tempo Rp 802,61 triliun.
Sofyan Tan berharap para pelaku ekonomi kreatif dapat bertahan dan lebih giat dalam mengembangkan usahanya, agar faktor ikutan dari utang yang membengkak seperti kenaikan pajak dan harga tidak terlalu berdampak ke pelaku ekonomi kreatif.
Untuk itu dia mendukung banyak kegiatan bimtek dari Kemenparekraf yang digelar di Medan, Sumatera Utara sepanjang 2024.
“Dengan Bimtek Kemenparekraf,
para pelaku ekonomi kreatif bertambah ilmu dan pengalamannya dalam meningkatkan kualitas pemasaran dalam menarik minat orang untuk tertarik, ” ujar Sofyan Tan.
Seperti yang dilakukan saat ini ” Bimtek Public Speaking” dalam meningkatkan produk ekonomi kreatif sangat penting dalam menaikkan kualitas pemasaran.
Public speaking , katanya, faktor utama dalam meyakinkan orang untuk membeli atau memakai jasa yang ditawarkan.
“Dengan public speaking kita dilatih untuk percaya diri, menguasai produk, dan disampaikan dengan gesture tubuh menarik,” ujarnya.
Sofyan Tan pun memberikan contoh public speaking dalam memasarkan suatu produk makanan yang membuat orang tertarik.
Dia menjelaskan tentang sop kambing terenak di Indonesia ada di Medan di pinggiran jalan.
Sopnya tidak bau dan dagingnya lembut, kuahnya kental dicampur wortel yang sudah dihancurkan hingga terasa manis.
“Setelah saya sampaikan, Pak Franc langsung searching di google dan bilang, Sop Kambing Kumango ya?,” ujarnya.
Itulah, kata Sofyan Tan, pentingnya public speaking dalam menawarkan produk ekonomi kreatif.
Selain disampaikan dengan penuh percaya diri, harus tau detail rasa dari produknya, serta lakukan eye contact dan eye catching sehingga membuat orang penasaran untuk mencari tahu dan mencicipinya.
Hadir dalam acara itu, Inspektur II Inspektorat Kemenparekraf Franc Orlando SH MH, Ketua Tim Norma Standar Prosedur dan Kriteria Budiyanti.
Sekretaris Kepala Dinas Pariwisata Kota Medan Vianti Dewi Nasution S.Sos, narasumber Muchlis Anwar serta peserta yang hadir dari pelaku industri ekonomi kreatif di Sumut.
Inspektur II Inspektorat Kemenparekraf Franc Orlando SH MH mengatakan, public speaking merupakan keterampilan yang penting dalam dunia pariwisata dan ekonomi kreatif karena kemampuan komunikasi adalah kunci dalam menarik minat wisatawan untuk datang.
Franc menyebutkan dalam public speaking yang dipelajari adalah bagaimana teknis berbicara efektif, menyusun pesan yang kuat dengan gaya yang menarik.
Dia berharap dengan public speaking dapat memperluas jangkauan pasar dan ciptakan iklim positif destinasi wisata dan ekonomi kreatif.
Kemenparekraf, ujar dia, akan terus berkomitmen dalam mendukung dan memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif yang unggul dan berdaya saing.
“Aktiflah dalam berdiskusi, agar ilmu yang didapatkan dapat diimplementasikan,” ujarnya. (lis)