RATUSAN karyawan PTPN 2 yang tergabung dalam Serikat Pekerja Perkebunan (SPP), Jumat (27/1/2023), melakukan aksi demo ke Pengadilan Negeri (PN) Lubuk Pakam.
Massa mendesak agar PN Lubuk Pakam membatalkan rencana eksekusi lahan HGU PTPN 2 nomor 62 di Desa Penara Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
Dalam orasinya di halaman gedung PN Lubuk Pakam, massa SPP PTPN 2 menilai rencana PN Lubuk Pakam melakukan eksekusi terlalu dipaksakan, karena terdapat 2 putusan pengadilan yang saling bertentangan, dimana dalam putusan pengadilan atas gugatan Rokani Dkk perkara nomor 05/Pdt.G/2011/PN Lbp, sertifikat HGU nomor 62/Penara dinyatakan tidak sah sedangkan dalam perkara nomor 103/Pdt.G/2018/PN.LBP pengadilan dalam tingkat PK menyatakan sertifikat HGU sah milik PTPN 2.
Atas putusan yang saling bertentangan tersebut, PTPN 2 telah mengajukan upaya hukum PK kedua atas perkara nomor 05/Pdt.G/2011/PN Lbp yang dimohonkan eksekusi oleh Rokani Dkk.
Selain upaya hukum PK tersebut, PTPN 2 juga telah melakukan upaya hukum pidana, atas penggunaan Surat Keterangan tentang Pembagian dan Penerimaan Tanah Sawah/Ladang/SKTPPTSL tertanggal 20 Desember 1953 yang diduga palsu oleh Rokani Dkk dalam perkara nomor 05/Pdt.G/2011/PN-Lbp yang penyidik Polda Sumut telah menetapkan salah seorang Penggugat M sebagai tersangka.
Lebih lanjut, PTPN 3 (Persero) selaku pemegang saham mayoritas (Holding) telah mengajukan upaya hukum perlawanan (derden verzet). Apabila PN Lubuk Pakam tetap memaksa melakukan eksekusi, dan ternyata upaya hukum PTPN 2 dikabulkan oleh Mahkamah Agung, maka hal ini dipastikan akan menimbulkan permasalahan baru dan menimbulkan kerugian Negara.
Apabila PN Lubuk Pakam tetap ingin melaksanakan eksekusi dengan lokasi berdasarkan bukti kepemilikan yang diajukan Rokani dkk, SKTPPTSL, lokasi tanahnya tidak berada di lahan HGU nomor 62/Penara, kesalahan objek lokasi (error in objecto) karena dalam bukti surat tersebut, tanah Rokani dkk berada di Kebun Tanjung Merawa Kiri dengan komoditi tanaman tembakau eks PTP IX sedangkan lahan HGU No 62 Penara, merupakan bahagian Kebun Tanjung Garbus dengan komoditi tanaman karet eks PTP 2.
Penegasan itu juga diungkapkan Datuk OK Nazar, salah seorang tokoh masyarakat Batang Kuis yang dimintai tanggapannya, menyebutkan kebun tembakau PTP IX di era kolonial hanya sampai batas Sungai Belumai.
Kalau di areal yang sekarang dikenal sebagai Desa Dalu X, Sena, dan Bangun Sari memang areal tembakau. Begitu juga di bagian Ramunia arah Lubuk Pakam. Tapi kalau Penara tidak pernah ada tembakau. Dan arealnya murni milik PTPN 2 bukan eks PTP IX.
Sebagai tokoh masyarakat Melayu yang hidup di lingkungan kampung yang berbatasan dengan areal perkebunan, Datuk OK Nazar faham betul situasi dan sejarah daerah perkebunan mulai Tanjung Morawa, Batang Kuis sampai Lubuk Pakam. Karena di daerah itulah ia tumbuh dan bergaul.
Datuk OK Nazar tidak sependapat kalau ada pihak yang mengklaim Penara sebagai eks lahan tembakau PTP IX. “Dari mana datanya itu. Kalau ditanya kepada orang-orangtua di sekitar Batang Kuis pasti mereka membantahnya,” jelas Datuk OK Nazar.
Tunda Eksekusi
Perwakilan SPP PTPN 2 diterima Wakil Ketua PN Lubuk Pakam dan jajarannya di ruang Command Center PN Lubuk Pakam, dalam pertemuan tersebut juga disampaikan, agar PN Lubuk Pakam menunda eksekusi karena masih ada upaya hukum baik perdata dan pidana yang dilakukan oleh PTPN 2 dan mempertanyakan PN Lubuk Pakam tidak memberikan surat SKTPPTSL milik Rokani dkk yang dipergunakan di PN Lubuk Pakam kepada penyidik Polda Sumatera Utara, sehingga diduga PN Lubuk Pakam tidak mendukung perlawanan kepada mafia tanah dan mafia peradilan.
Selanjutnya, perwakilan SPP PTPN 2 menyampaikan, bahwa eksekusi oleh PN Lubuk Pakam bukan untuk kepentingan para Penggugat, masyarakat petani/penggarap akan tetapi ini untuk kepentingan mafia tanah, karena dapat dibuktikan bahwa para penggugat telah mengalihkan lahan HGU nomor 62/Penara kepada sdr. AS yang diduga sebagai donator yang membiayai perkara gugatan Rokani dkk.
Atas desakan perwakilan SPP PTPN 2, Wakil Ketua PN Lubuk Pakam dan jajarannya menyampaikan bahwa rencana eksekusi akan ditunda dalam waktu yang tidak ditentukan.
Dikawal 24 Jam
Meski sudah ditetapkan untuk ditunda, namun pihak PTPN 2 tidak ingin kecolongan. Areal HGU nomor 62 Penara yang saat ini dipenuhi tanaman kelapa sawit, akan dikawal ketat selama 24 jam.
Pihak keamanan kebun dan seluruh karyawan akan berjibaku untuk tetap menjaga areal HGU dari upaya-upaya penguasaan secara paksa.
“Bagi kita harga mati untuk mempertahankan HGU Penara sebagai aset negara,” ujar Mahdian Tri Wahyudi di depan ratusan karyawan PTPN 2 di lokasi areal HGU Penara usai aksi demo ke PN Lubuk Pakam. (red)