Medan, 7/2 (indonesiaaktual.com) – PT Railink mengimbau masyarakat tidak melakukan pelemparan batu ke rangkaian kereta api yang sedang beroperasi karena membahayakan penumpang maupun petugas kereta api.
“Bukan hanya merugikan KA (kereta api) dengan kerusakan sarana/prasarana, tetapi juga membahayakan penumpang dan petugas KA,” ujar Manager Komunikasi Perusahaan PT Railink, Ayep Hanapi di Jakarta, Kamis (6/2/2025).
Imbauan itu kembali diulang karena terjadi lagi kasus pelemparan batu oleh Orang Tidak Dikenal (OTK) ke Kereta Api U88 Srilelawangsa rute Stasiun Medan-Binjai pada Rabu, 5 Februari 2025, pukul 20.08 WIB.
Kejadian tersebut terjadi di Km 16+100/200 pada petak jalan antara Stasiun Medan dan Stasiun Binjai (Bij).
Pelemparan itu mengakibatkan keretakan pada kaca jendela darurat KA Srilelawangsa, meski tidak menyebabkan gangguan perjalanan pada kereta api maupun korban jiwa.
“Kami sangat menyayangkan kejadian itu dan berharap masyarakat dapat lebih peduli terhadap keselamatan bersama,” katanya.
Dia menegaskan, kereta api adalah sarana transportasi publik yang harus dijaga bersama.
“Kami mengajak semua pihak untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keamanan perjalanan kereta api,” ujarnya.
Jika masyarakat melihat atau mengetahui adanya tindakan berbahaya, diminta segera melaporkan kepada pihak berwenang.
Keamanan dan keselamatan penumpang, katanya adalah prioritas utama Perusahaan.
Hukuman pidana atas aksi pelemparan terhadap kereta api telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Bab VII mengenai Kejahatan yang Membahayakan Keamanan Umum bagi Orang atau Barang Pasal 194 ayat 1 dimana tertulis bahwa barang siapa dengan sengaja menimbulkan bahaya bagi lalu lintas umum yang digerakkan tenaga uap atau kekuatan mesin lain di jalan kereta api atau trem, diancam dengan pidana penjara paling lama 15 tahun.
Masih di pasal yang sama pada ayat 2, dinyatakan bahwa jika perbuatan itu mengakibatkan orang mati, yang bersalah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu paling lama 20 tahun.
“Larangan pelemparan terhadap Kereta Api juga telah diatur dalam UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian dimana pada Pasal 180 menyebutkan bahwa setiap orang dilarang menghilangkan, merusak, atau melakukan perbuatan yang mengakibatkan rusak dan/atau tidak berfungsinya Prasarana dan Sarana Perkeretaapian,”ujar Ayep.
Sebagai langkah tindak lanjut telah dilakukan koordinasi dengan unit Pengamanan (PAM) dan Sarana PT Railink serta memberikan peringatan kepada masinis kereta api selanjutnya untuk lebih berhati-hati.
Kaca jendela yang mengalami keretakan sementara telah dilakban oleh unit sarana, dan akan diserahkan di Stasiun Binjai untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Dia menegaskan, kasus pelemparan batu itu, tidak mrnimbulkan gangguan perjalanan Kereta Api U88 Srilelawangsa.
Namun, KAI berkomitmen untuk meningkatkan pengawasan dan koordinasi dengan pihak berwenang guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.
“Kami mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga ketertiban dan keselamatan di lingkungan perkeretaapian. Mari kita jaga fasilitas umum demi kenyamanan dan keselamatan bersama,” ujar Ayep. (lis)