Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) mencatat sedikitnya ada 500 ribu yang menjadi pengguna Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di daerah itu hingga akhir tahun 2020.
“Sosialisasi yang terus diberikan hingga ke kabupaten/kota Sumut diyakini akan membuat jumlah merchant dan pengguna QRIS semakin banyak,” ujar Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumut, Wiwiek Sisto Widayat di tengah acara Sosialisasi QRIS kepada organisasi perangkat daerah Pemprov Sumut dan pengelola rumah ibadah, Jumat (13/3/2020).
Menurutnya, penggunaan yang tinggi juga mengacu pada banyaknya usia milenial di Sumut dan termasuk tingginya pengguna dompet digital.
Apalagi, katanya, QRIS merupakan satu-satunya alat pembayaran yang tidak perlu lagi menggunakan banyak bercode dalam pembayaran dompet elektronik.
“Selain bisa untuk pembayaran, QRIS juga dapat digunakan untuk menerima sumbangan keagamaan dan sosial dan lainnya,” katanya.
Dia memberi contoh, apabila konsumen mau infag atau mau menyumbang ke panti asuhan tinggal scan QRIS, maka dana itu sudah langsung masuk ke rekening pihak yang dituju.
Wiwiek mengakui, masih butuh waktu untuk memperkenalkan QRIS ke lapisan masyarakat sehingga meski penerapan QRIS itu sudah dimulai sejak Januari 2020.
“Selama ada jaringan telekomunikasi, maka pemanfaatan QRIS tidak ada masalah,” ujarnya.
Asisten Perekonomian Pembangunan Kesejahteraan Sekretariat Daerah Provinsi Sumut, Arief Sudarto Trinugroho mengatakan, penggunaan QRIS diyakini berdampak luas dan positif bagi pertumbuhan ekonomi Sumut yang tergolong tinggi secara nasional.
“Penggunaan QRIS diyakini akan banyak karena dalam 10 tahun ke depan Sumut akan memiliki bonus demografi dimana akan banyak sekali penduduk generasi milenial,” ujarnya.
Generasi milenial yang cenderung konsumtif akan mendorong tingkat konsumsi. Apalagi QRIS memberikan pelayanan pembayaran yang aman, murah dan mudah. (liz))