Banda Aceh, 23/4 (indonesiaaktual.com) – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) kembali melanjutkan komitmennya untuk melestarikan lingkungan melalui program “Digitalisasi Konservasi Mangrove” di Aceh.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove di Aceh itu dilakukan dengan menggandeng Global System for Mobile Communication Association (GSMA) dan Universitas Syiah Kuala (USK) Aceh.
“Program itu merupakan salah satu wujud dukungan terhadap konservasi mangrove di wilayah pesisir untuk mengantisipasi dampak abrasi berdasarkan pengalaman bencana tsunami yang pernah melanda Aceh pada 2004,”ujar Director and Chief Business Officer Indosat Muhammad Buldansyah di Aceh, Senin (22/4/2024).
Menurut dia, perubahan iklim menjadi perhatian global karena dampaknya yang signifikan di seluruh dunia.
Program Digitalisasi Konservasi Mangrove menjadi wujud tanggung jawab sosial Indosat di bawah pilar lingkungan melalui edukasi tentang pentingnya keberadaan mangrove dalam keberlanjutan ekosistem lingkungan.
Program yang berkolaborasi dengan civitas akademika dari Universitas Syiah Kuala Aceh itu mendorong program penelitian dengan tujuan memperkuat peran teknologi dalam pelestarian lingkungan.
“Langkah itu sejalan dengan transformasi IOH/Indosat dari perusahaan telekomunikasi (TelCo) ke perusahaan teknologi (TechCo),” ujar Muhammad Buldansyah.
Konservasi mangrove merupakan kebutuhan global di banyak komunitas pesisir.
Kerjasama Indosat dengan USK di Aceh dalam bentuk kemitraan berbasis penelitian merupakan langkah nyata mengatasi isu perubahan iklim lewat pemanfaatan teknologi digital.
Solusi Internet of Things (IoT) yang diperkenalkan Indosat kepada peneliti dari USK akan diterapkan di lokasi penanaman mangrove di wilayah Lampulo serta lokasi tambak di wilayah Lamno, Aceh.
Kerjasama itu diharapkan dapat mendukung penelitian untuk menjaga ekosistem mangrove dalam jangka panjang.
Memperingati hari Bumi, Indosat juga melakukan penanaman mangrove secara simbolis.
Menurut dia, total ada sekitar 15.000 bibit mangrove yang akan ditanam secara bertahap, dimana 2.800 mangrove berasal dari donasi kayawan Indosat melalui program Employee Carbon Offset (ECO).
Indonesia memegang peran kunci dalam pelestarian lingkungan dengan sekitar 23 persen dari total tanaman mangrove dunia, atau setara dengan 3.36 juta hektare.
Dengan 43 jenis mangrove tropis yang mencakup sekitar 80 persen dari mangrove tropis global, ekosistem itu memberikan manfaat penting bagi kehidupan manusia dan lingkungan.
Manfaat tersebut diantaranya sebagai habitat bagi berbagai biota laut, perlindungan pantai dari abrasi, dan penyerapan karbon dengan potensial 4-5 kali lipat lebih besar dari hutan daratan.
Inisiatif itu menjadi penting sebagai upaya bersama dalam melindungi dan memanfaatkan ekosistem mangrove secara berkelanjutan.
“Indosat mentargetkan program Digitalisasi Konservasi Mangrove ini akan dilanjutkan di Jawa Tengah, Makassar, dan Nusa Tenggara Barat di tahun inI juga, ” katanya.
Kolaborasi dengan universitas setempat menjadi salah satu fokus utama sebagai pusat riset dan inovasi yang penting, tidak hanya memperkuat peran teknologi, tetapi juga memastikan bahwa solusi yang dikembangkan didukung oleh pengetahuan ilmiah dan pemahaman mendalam tentang lingkungan setempat.
Digitalisasi Konservasi Mangrove merupakan kelanjutan dari Program Tanam Oksigen yang telah diluncurkan perusahaan, yang didedikasikan untuk mencegah punahnya udara bersih akibat masifnya emisi karbon dioksida.
Indosat telah memulai inisiasi secara internal yang melibatkan kayawan perusahaan untuk berperan aktif dalam penanaman mangrove secara digital.
Bagi masyarakat umum yang ingin berkontribusi, dapat berpartisipasi langsung melalui ioh.co.id/tanamoksigen dengan melakukan pembelian bibit mangrove.
Upaya bersama itu sejalan dengan tujuan besar Indosat dalam memberdayakan Indonesia melalui teknologi. (lis)