Medan, 13/8 (indonesiaktual.com) – Regal Springs Indonesia (PT Aqua Farm Nusantara) – Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan – Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRV BRIN) menandatangani perjanjian kerja sama riset dan inovasi dalam upaya pengendalian penyakit Francisellosis pada budidaya Ikan Tilapia.
Penandatanganan itu dilakukan Kepala Pusat Riset Veteriner BRIN, Harimurti Nuradji, DVM, Ph.D dan Direktur Regal Springs Indonesia,Sony Sitorus di Gedung Indraja, PRV-BRIN, Bogor.
“Regal Springs Indonesia merasa sangat terhormat dapat menjalin kemitraan strategis dengan PRV-BRIN, ” ujar Direktur Regal Springs Indonesia, Sony Sitorus di Jakarta, Senin (12/8/2024).
Menurut dia, kerja sama itu bukan hanya merupakan bentuk sinergi yang positif, tetapi juga langkah penting dalam mewujudkan visi Regal Springs Indonesia untuk mengembangkan teknologi dan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas serta keberlanjutan budidaya Ikan Tilapia di Indonesia.
Termasuk untuk keberlanjutan ekosistem tempat Regal Springs Inndornsia membudidayakan Ikan Tilapia.
Dia menjelaskan, kerja sama itu akan berfokus pada pengembangan metode deteksi molekuler Francisella noatunensis subsp. orientalis untuk pengendalian penyakit Francisellosis pada budidaya Ikan Tilapia (Oreochromis niloticus L.).
Serta pengembangan metode skrining strain Master seed kandidat vaksin Francisella noatunensis subsp. orientalis guna mengendalikan penyakit tersebut.
Selain itu, kerja sama tersebut juga mencakup peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan wawasan, serta pemanfaatan sarana dan prasarana bersama antara kedua belah pihak.
Regal Springs Indonesia saat ini telah melakukan berbagai upaya untuk mendiagnosis serta meningkatkan ketahanan Ikan Tilapia, mulai dari pengamatan gejala klinis, pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium, hingga analisa dan pelaporan.
Research & Development Verteriner Regal Springs Indonesia, Drh. Juanda, menjelaskan bahwa dalam proses diagnosis dan pengobatan, langkah-langkah yang diambil harus selalu memperhatikan standar yang diterapkan oleh Aquaculture Stewardship Council (ASC) dan World Health Organization (WHO).
“Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa setiap langkah yang kami ambil dalam budidaya ikan tilapia mematuhi standar internasional yang ketat untuk memastikan kesehatan ikan dan keberlanjutan lingkungan,”ujar Juanda.
Kerja sama diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan teknologi kesehatan ikan dan meningkatkan daya saing industri perikanan Indonesia di pasar global.
Francisellosis sendiri adalah penyakit bakteri yang disebabkan oleh infeksi bakteri Francisella noatunensis subsp. orientalis, yang dapat menginfeksi berbagai jenis ikan, termasuk Ikan Nila (tilapia).
Penyakit itu sering mengakibatkan kematian yang tinggi, terutama pada ikan yang masih muda atau yang berada dalam kondisi stres.
Gejala francisellosis pada Ikan Nila/Tilapia bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi dan kondisi lingkungan.
Kepala Pusat Riset Veteriner, Badan Riset dan Inovasi Nasional, Harimurti Nuradji, DVM, Ph.D mengatakan, kerja sama itu merupakan satu langkah awal dalam membuka kolaborasi lainnya.
“Selain itu, kerja sama ini juga untuk meningkatkan kapasitas kami di PRV-BRIN. Baik itu kapasitas yang terkait pengetahuan, keterampilan, dan juga terkait dengan kapasitas pengembangan infrastruktur, terkait riset dan inovasi dalam bidang kesehatan ikan,” ujar Harimurti
Harimurti menyebutkan, agar sinergi itu dapat memberikan dampak kepada kedua belah pihak dan juga kepada masyarakat, bangsa dan negara, terutama di dalam pengendalian penyakit pada ikan (tilapia).
“Ke depannya kami harapkan, hasil dari kerja sama itu bisa mendukung sektor perikanan di dalam peningkatan produktivitas ikan, sehingga memberikan dampak yang positif di dalam produksi perikanan dan devisa untuk negara,”ujarnya. (lis)