Medan, 31/10 (indonesiakatual.com) – Subsidi energi masih menjadi salah satu beban pemerintah hingga saat ini di tengah kebutuhan yang terus meningkat dan keinginan kuat pemerintah memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri.
Pemerintah memperkirakan subsidi energi hingga akhir tahun 2024 bakal naik menjadi Rp192,75 triliun.
Jumlah subsidi itu mengalami peningkatan dari yang sudah ditetapkan di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 sebesar Rp185,9 triliun.
Dalam Buku II Nota Keuangan 2025 yang dirilis Jumat (16/8/2024), outlook subsidi energi pada 2024 sebesar Rp 192,75 triliun tersebut terdiri dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), LPG, dan Listrik.
Untuk subsidi Jenis BBM Tertentu dan LPG Tabung 3 kg diperkirakan mencapai Rp 112,02 triliun.
Sementara, subsidi listrik diperkirakan mencapai Rp 80,72 triliun.
Selain itu, pada periode tahun 2020-2023 realisasi subsidi energi disebutkan mengalami perkembangan yang cenderung fluktuatif yang dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Seperti perkembangan asumsi dasar ekonomi makro, volume penyaluran Jenis BBM Tertentu dan LPG bersubsidi, dan kebijakan besaran subsidi tetap untuk minyak Solar.
Selama periode 2020-2023, subsidi energi berfluktuasi dari semula sebesar Rp108,84 triliun pada tahun anggaran 2020 menjadi sebesar Rp 164,29 triliun pada tahun anggaran 2023.
Sedangkan realisasi subsidi Jenis BBM Tertentu dan LPG Tabung 3 kg selama periode 2020-2023 mengalami fluktuasi dari semula Rp 47,73 triliun pada tahun anggaran 2020 menjadi Rp 95,59 triliun pada tahun anggaran 2023.
PGN Berkomitmen
PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina menyadari beban subsidi energi pemerintah itu.
Kesadaran PGN itu diwujudkan dengan komitmen perusahaan itu untuk terus membangun jaringan gas (jargas). Termasuk jargas rumah tangga.
“PT PGN Tbk selaku Subholding Gas Pertamina berkomitmen untuk terus membangun jargas rumah tangga agar dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun negara” ujar Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari di Jakarta, 29 Oktober 2024.
PGN, kata dia, menyadari rantai bisnis pengembangan jargas cukup panjang, sehingga membutuhkan gotong royong yang sinergis agar jargas bisa optimal memberikan manfaat kepada masyarakat.
Dia mengatakan itu dalam kegiatan FGD Investortrust bertajuk Gotong Royong Membangun Jargas yang digelar Selasa, 29 Oktober 2024.
Di FGD itu, pengurangan subsidi energi menjadi salah satu highlight.
Dia menegaskan, pengembangan jargas PGN juga sejalan asta cita pemerintah khususnya dalam upaya swasembada energi sehingga keberlanjutan proyek akan terus dilakukan.
Saat ini jumlah jargas yang dikelola oleh PGN sebanyak 820 ribu Sambungan Rumah (SR) atau setara dengan 84 ribu metrikton LPG.
Ada pun kapasitas infrastruktur yang telah dibangun oleh PGN sebenarnya telah melebihi dari jumlah rumah tangga atau komersial jargas yang sudah berlangganan.
Jadi, katanya, masih terbuka ruang yang cukup besar dalam pemanfaatan infrastruktur eksisting dalam meningkatkan jumlah pelanggan dan optimalisasi pasokan gas yang telah disediakan SKK Migas untuk jargas dan BBG.
Dengan kondisi itu, PGN meyakinkannya akan meningkatkan penyerapan volume gas bumi yang tentunya akan membantu mengurangi subsidi energi dalam pemakaian LPG subsidi.
PGN Siap Bergotong Royong
Rosa Permata Sari mengakui, investasi untuk membangun jargas cukup besar.
Sehingga salah satu konsep pembangunan yang dilakukan yaitu K onsep Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU), dimana badan usaha menerima penugasan dan di saat bersamaan dilakukan integrasi atau klasterisasi.
Dengan cara itu cost akan lebih efisien.
Insentif dari pemerintah dengan dasar hukum yang solid dalam konsep KPBU membuka peluang bagi seluruh badan usaha, baik BUMN maupun swasta untuk berkontribusi dalam program jargas.
Saat ini, PGN terus melakukan pemanfaatan sumber gas bumi untuk pengembangan jargas tumah tangga.
Pipa transmisi terus bertambah, dilanjutkan dengan pipa distribusi untuk penetrasi jargas ke rumah-rumah.
PGN juga melakukan konsep beyond pipeline dimana salah satunya CNG Clustering di Sleman, Yogyakarta.
Pada tahun 2025, PGN menargertkan pembangunan jargas sebanyak 200 ribu, sehingga selama 2021 -2025 PGN menbangun tambahan jargas sebanyak 400.000 SR.
PGN juga siap untuk menbangun infratruktur jargas dengan rekanan sehingga bisa semakin terintegrasi.
Ke depan arahnya adalah integrasi bersamaan dengan rencana pengembangan industri maupun komersil.
Sejalan dengan itu, PGN menilai tetap diperlukan dukungan seperti untuk kemudahan perizinan, kepastian alokasi, dan pembangunan infrastruktur jargas sebagai bagian dari infrastruktur dasar perumahan atau hunian.
Dalam FGD itu, Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Minyak dan Gas Bumi KESDM Laode Sulaeman menegaskan pemerintah menilai bahwa salah satu cara yang diperlukan untuk pengembangan jargas yaitu dengan model terintegrasi antara industri dengan rumah tangga atau model kawasan industri serta mekanisme beyond pipeline khususnya oleh badan usaha.
BPH Migas, ujar dia mensupport pada sisi harga di Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil-nya dalam rangka mengembangkan pemanfaatan gas domestik.
Koordinator Pengaturan Akun, Tarif, dan Harga Gas Bumi Melalui Pipa BPH Migas, Idham Baridwan menegaskan bahwa infrastruktur adalah kunci semua itu sehingga perlu gotong royong semua pihak.
“Semua memang harus satu tujuan,”ujar Idham Baridwan.
Kolaborasi dan kontribusi semua pihak, ujar dia, menjadi kunci serta orkestrasi dari perencanaan dan kebutuhan masyarakat menuju swasembada energi.
Jargas di Sumut
Salah satu pelanggan Jargas Rumah Tangga di kawasan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang Sumut, Syarifah Nasution mengaku sangat terbantu dengan jargas yang sudah masuk ke kawasan huniannya sejak beberapa tahun lalu.
Menurut dia, Jargas Rumah Tangga memberi dampak besar dalam kehidupan sehari – hari keluarga di kawasan Pekan Tanjung Morawa itu.
Bukan hanya menjadi efisien karena tidak repot bolak balik mengisi/membeli gas tabung dan memasangnya, serta khawatir kehabisan gas saat dibutuhkan khususnya malam hari.
Tetapi jargas juga lebih memberikan rasa nyaman dan aman.
“Dengan jargas, masalah yang mungkin timbul saat memasang gas tabung tidak ada lagi,” kata Syarifah Nasution (64).
Keinginan untuk merasa nyaman dan aman di usia yang semakin sepuh itu tentu saja memang semakin besar.
Syarifah mengaku tidak pernah lagi merasa khawatir menghidupkan kompor gas untuk berbagai keperluan saat anak dan menantunya tidak ada di rumah.
Tidak juga harus repot untuk pergi atau memesan gas tabung.
Area Head PGN Medan Agus Muhammad Mirza mengatakan di wilayah Sumut-Aceh, PGN juga terus meningkatkan kontribusi dalam melayani masyarakat yang tentunya menekan besaran subsidi energi di bidang gas.
Per September 2024, untuk wilayah Sumut – Aceh, volume gas yang disalurkan PGN ada 18.32 BBTUD dengan jumlah pelanggan 47.751.Omset tercatat 30 juta dolar AS.
Dari total pelanggan itu, volume untuk segmen rumah tangga sebanyak 0.89 BBTUD dengan jumlah pelanggan 47.134.
Rincian segmen Rumah Tangga itu masing-masing RT1 sebanyak 25.548, RT2 (19.567) dan GPiR 2.019.
“PGN terus berkomitmen meningkatkan penyaluran gas untuk masyarakat Sumut -Aceh, ” katanya.
Dukung Indonesia Emas
Pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo menilai upaya PGN untuk membantu mengurangi subsidi energi harus didukung penuh.
Alasan Wahyu yang Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU) itu, dengan penekanan subsidi energi, termasuk ketahanan energi, dan lingkungan hijau bisa membantu pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Dalam Misi 5 untuk mencapai Indonesia Emas 2045 yakni tentang Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi disebutkan Indonesia Mewujudkan Keluarga Berkualitas, Lingkungan Hidup Berkualitas dan Berketahanan Energi, Air, dan Kemandirian Pangan.
Bahkan dalam 17 Arah Pembanguan mewujudkan Indonesia Emas 2045 itu di Misi 7 yakni Mewujudkan Sarana dan Prasarana Yang Berkualitas dan Ramah Lingkungan.
“Jargas yang terus meningkat untuk rumah tangga, termasuk UMKM dan industri akan sangat membantu Pemerintah mewujudkan Indonesia Emas 2045” ujarnya.
Konsep KPBU dalam penanganan energi juga dinilai tepat dengan dalih tidak ada yang bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus kolaborasi /gotong royong.
Jadi benarlah keinginan dan komitmen PGN untuk meningkatkan jargas guna menekan subsidi energi memang tepat dan harus diwujudkan dengan dukungan penuh. (Evalisa Siregar)