Medan, 15/4 (indonesiaaktual.com) – Film Pengepungan di Bukit Duri yang menunjukkan Indonesia “Sedang Tidak Baik-Baik Saja” mulai tayang di bioskop 17 April 2025.
Film yang ditulis dan disutradarai Joko Anwar dengan produser Tia Hasibuan itu merilis final trailer yang menunjukkan situasi Indonesia yang sedang tidak baik-baik saja
Final trailer dibuka dengan adegan-adegan yang tampaknya baik-baik saja.
Siswa sekolah bercengkrama, warga yang bersuka cita.
Namun, semua itu tampak semu.
Bel sekolah menjadi alarm bahwa situasi berubah.
Final trailer film “Pengepungan di Bukit Duri” menunjukkan perubahan suasana.
Musik ceria kini sirna, tak ada lagi tawa, terjadi kerusuhan di mana-mana.
Kekerasan merajalela, dan yang tersisa adalah kecemasan.
“Negara kita itu kayak kaca yang paling tipis,” ujar Morgan Oey yang memerankan Edwin, dalam final trailer Film Pengepungan di Bukit Duri di Medan, Senin (14/4/2025).
Edwin mengaku dia dan keluarganya ikut merasakan tragedi gejolak 1998.
Pemain lainnya, Omara Naidra Esteghlal yang menjadi sosok kontroversial di film itu mengaku senang ikut dalam film tersebut yang memang mencerminkan situasi di Indonesia ‘yang sedang tidak baik- baik saja”.
Dengan sinematografi dan produksi desain kelas dunia, film itu menciptakan versifiksi Indonesia di masa depan yang mencekam dan terasa nyata — kacau, penuh ketakutan, namun tetap memancarkan harapan.
Film itu dibintangi oleh Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.
//Cerita Film//
Film Pengepungan di Bukit Duri bercerita kisah Edwin (Morgan Oey).
Sebelum kakaknya meninggal, Edwin berjanji untuk menemukan anak kakaknya yang hilang.
Pencarian keponakannya membawa Edwin menjadi guru di SMA Duri, sekolah untuk anak-anak bermasalah.
Di sekolah itu Edwin harus berhadapan dengan murid-murid paling beringas sambil mencari keponakannya.
Ketika akhirnya ia menemukan anak kakaknya, kerusuhan pecah di seluruh kota dan mereka terjebak di sekolah, melawan anak-anak brutal yang kini mengincar nyawa mereka.
“Film ini memang menggambarkan situasi di Indonesia yang memang sedang tidak baik – baik saja seperti kental dengan diskriminasi dan berkurangnya toleransi,” ujar Joko Anwar.
Intoleransi dan turunannya seperti persekusi, sinis ke orang yang status sosialnya berbeda, ujar Joko semakin meningkat dan itu membuat sebagian orang merasa ketakutan.
Film itu juga menandai dua dekade perjalanan Joko Anwar sebagai sutradara yang selalu berani mengangkat narasi yang tidak nyaman tapi penting.
Ikuti terus informasi terbaru dan perkembangan film “Pengepungan di Bukit Duri”di Instagram @comeandseepictures.
//Tentang Amazon MGM Studios//
Amazon MGM Studios adalah perusahaan hiburan terkemuka yang fokus pada produksi dan distribusi global konten film dan televisi.
Serial original ditayangkan perdana di Prime Video, dapat ditonton di ribuan perangkat yang kompatibel dilebih dari 240 negara dan wilayah di seluruh dunia.
Film-film original diproduksidan diakuisisi oleh studio untuk rilis di bioskop dan eksklusif untuk Prime Video.
Amazon MGM Studios juga memproduksi konten untuk MGM+, jaringan televisiberbayar premium, dan Freevee, layanan streaming gratis premium Amazon.
//Tentang Come And See Pictures//
Come and See Pictures adalah production house yang didirikan Joko Anwar dan Tia Hasibuan pada tahun 2020 yang berkomitmen untuk memproduksi film-film berkualitas dengan cara bercerita yang unik serta craftsmanship yang tinggi.
Film pertama yang diproduksi adalah Pengabdi Setan 2: Communion untuk Rapi Films.
Selain Siksa Kubur, Come and See Pictures juga telah merampungkan seriesoriginal Netflix berjudul Nightmares and Daydreams yang tayang tahun 2024.
Serta memproduksi film panjang untuk Amazon MGM Studios bertajuk “Pengepungan di Bukit Duri”. (lis)